selamat datang di blog teknologi informasi BK saya

Translate

Visi, Misi, dan Tujuan

Menjadi universitas konservasi, bertaraf internasional, yang sehat, unggul, dan sejahtera pada tahun 2020.

Bersepeda

salah satu ciri khas kampus konservasi unnes

Pengurus Bidikmisi Scholarship Community (BSC) Unnes 2014

Sebuah komunitas yang mewadahi aspirasi mahasiswa bidikmisi unnes

Lomba esai bidikmisi regional jateng DIY

Diselenggarakan oleh Bidikmisi Scholarship Community (BSC) Unnes 2014

Tanam pohon

sebagai wujud konservasi lingkungan.

Rabu, 14 Januari 2015

CONTOH LAPORAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR

Kali ini saya akan berbagi mengenai bimbingan konseling belajar terutama terkait dengan diagnosis kesulitan belajar. Baru-baru ini saya mendapat tugas dari dosen untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa, dan sebagai follow up dari tugas itu adalah membuat laporan diagnosis kesulitan belajar.

nah, untuk mendownload contoh laporan diagnosis kesulitan belajar, silahkan klik di sini

Minggu, 28 Desember 2014

TEORI PENGEMBANGAN KAP: TEORI SELF DISCLOSURE, TEORI ATRIBUSI, DAN TEORI PENETRASI SOSIAL


A.    Teori Disclosure
Teori ini dikenal dengan istilah jendela johari atau johari window. Nama johari merupakan singkatan dari orang yang memperkenalkan teori tersebut,yaitu Joseph Luft dan Harry Ingham. Menurut teori ini, pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, kita akan mendekati kenyataan dan bila demikian maka kita cenderung lebih terbuka dengan orang lain yang pada gilirannya akan menerima informasi-informasi , pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan dari siapapun juga.
1.      Faktor-faktor yang memengaruhi self disclosure
a)      Keterbukaan orang lain
Umumnya self disclosure saling timbal balik. Jika dalam interaksi dengan orang lain lebih dulu terbuka maka akan memancing diri kita untuk terbuka juga. Selain itu self disclosure juga akan terjadi ketika dalam berinteraksi ada reaksi yang positif dan penghargaan dari masing-masing orang yang berkomunikasi.
b)      Ukuran audiens
Ukuran orang yang sedang berkomunikasi dalam jumlah yang sedikit misalnya dua orang maka akan ada kecenderungan untuk membuka diri. Hal ini bisa terjadi pada kelompok kecil atau komunikasi diadik (dua orang). Situasi diadik yang paling memungkinkan pihak yang terbuka untuk menghadapi reaksi dan respon pihak lain.
c)      Topik
Topik akan memengaruhi banyaknya orang yang akan membuka diri. Misalnya, hobbi lebih menarik dari pada kondisi keuangan. Orang yang mempunyai hobi yang sama ada kecenderungan untuk membuka diri karena memounyai kesamaan dalam topic yang dibicarakan.
d)     Valensi
Valensi merupakan kualitas positif atau negative dari self disclosure. Kita akan mengembangkan atraksi yang lebih besar pada orang yang menggunakan self disclosure yang positif. Ini biasa terjadi pada tahap awal interaksi, sedangkan yang negative terjadi ketika hubungan sudah berlangsung lama dan akrab.
e)      Gender
Menurut hasil penelitian, wanita lebih terbuka dari pada laki-laki. Tapi dalam hal kualitas self disclosure, keduanya mengarah pada negative Hal ini bisa terjadi karena adanya stereotype bahwa laki-laki itu mandiri, kompetitif, tidak simpatik. Sedangkan wanita itu ketergantungan, tidak agresif dan interpersonal oriented.
f)       Lawan bicara
Kita lebih sering terbuka pada orang terdekat dan yang akrab dengan kita, contoh suami, isteri, sahabat, selain itu juga pada orang yang kita sukai, pada orang yang menerima kita, mengerti kita dan mendukung kita.
2.      Manfaat Self Discosure
a)      Informasi tentang diri sendiri
Dengan terbuka dengan orang lain kita mendapat perspektif baru tentang diri kita dan lebih memahami perilaku kita.
b)      Kemampuan untuk mengatasi masalah
Self disclosure dapat meningkatkan kemamouan mengatasi masalah. Kita menerima diri kita melalui cara pandang orang lain, jika kita merasa orang lain akan menolak kita maka kita akan menolak diri kitajuga.
c)      Komunikasi efektif
Dengan adanya keterbukaan antara orang yang berkomunikasi maka kita akan lebih memahami apa yang dimaksud salam pembicaraan. Disamping itu komunikasi akan menjadi efektif apabila orang yang berkomunikasi sudah saling mengenal dengan baik.
d)     Kesehatan mental
Orang yang terbuka akan terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh stres. Hal ini sejalan dengan suatu pendapat orang yang mempunyai masalah kemudian menceritakan pada teman akrabnya (proses katarsis) maka orang tersebut akan merasa lega dan merasa semua persoalan yang dihadapi sudah terpecahkan dan pada gilirannya akan merasa lega serta menjadi lebih rilek dalam menghadapi kehidupan.
3.      Bahaya Self Disclosure
a)      Tidak professional dan kehilangan karir
Apabila kita selalu terus terang pada siapa saja tentang apa yang ada pada diri kita dapat membahayakan karir seseorang.
b)      Tidak punya teman
Apabila kita membuka diri tentang aib kita  maka dampak yang lebih fatal adalah semua orang menghindar karena ternyata kita tidak sebaik yang dikira sebelumnya.
c)      Menghancurkan hubungan yang telah terjalin dengan baik
Hal ini bisa terjadi karena merasa sebagai teman akrab maka ia akan membuka semua kepada orang lain sehingga dapat berakibat hubungan social menjadi rengganag dan pada gilirannya dapat hancur atau putus. Contoh bercanda yang terlewat batas dan menyinggung perasaan dapat berakibat pada hubungan mereka  menjadi terganggu.
d)     Komunikasi yang tidak dapat diubah
Kita tidak dapat merubah apa yang sudah menjadi kesimpulan yang telah dibuat oleh orang lain dengan keterbukaan kita.


B.     Teori Atribusi
Teori ini mencoba menggambarkan komunikasi seseorang yang berusaha meneliti, menilai dan menyimpulkan  sebab-sebab dari suatu tindakan atau tingkah-laku yang dilakukan orang lain. Dengan kata lain teori ini mencoba menjelaskan proses kognitif yang dilakukan seseorang untuk menjelaskan sebab-sebab dari suatu tindakan.

Contoh dari teori ini jika anda melihat seseorang menyampaikan ceramah di hadapan anda, kemudian anda melihat penceramah tersebut gelagapan, keringat dingin dan berbicara terbata-bata, maka anda menilai tindakan tersebut dengan mencoba mengemukakan beberapa alasan; pertama orang itu nampak grogi karena tidak membuat persiapan (alasan internal/disposisional). Kedua orang tersebut grogi karena semua persiapannya yang disimpan di flashdisk tidak terbawa (alasan situasional/external), bisa juga anda langsung menilainya kalau penceramah tadi memang tidak bisa presentasi (internal/disposisional). Nah penilaian-penilaian semacam ini baik alasan internal maupun external disebut atrribusi.
Menurut Heyder F (1958) jika anda melihat seseorang berbuat sesuatu, maka secara langsung anda membuat suatu penilaian tentang apa yang menyebabkan orang tersebut melakukan hal itu. Dan penilaian tersebut bisa terjadi dengan melihat faktor disposisional atau faktor situasional. Disposisional adalah faktor internal seperti kepribadian, karakter atau faktor biologis. Sedangkan situasional adalah faktor external seperti lingkungan atau keadaan.
Berkomunikasi dengan pendekatan attribution berarti orang tersebut akan menyampaikan pesan kepada lawan komunikasinya dengan bersandarkan pada hasil penilaiannya (persepsinya) terhadap tingkah-laku lawan bicaranya.
Menurut Kelley perilaku manusia disebabkan oleh factor internal, eksternal atau keduanya secara bersamaan. Penilaian seseorang terhadap prilaku orang lain itu dengan memperhatikan tiga factor yaitu consensus, konsistensi dan kekhasan.
Pertama, consensus yaitu bagaimana seorang bereaksi bila dibandingkan dengan orang lain terhadap stimulus tertentu. Misalnya A bereaksi terhadap percakapan B, sedangkan C tidak menanggapi percakapan B, maka dapat dinyatakan A mempunyai consensus.
Kedua, konsistensi yaitu bagaimana seorang bereaksi terhadap stimulus yang sama dalam situasi yang berbeda. Misalnya seorang mahasiswa tidur ketika diajar oleh dosen X, dan ternyata ketika diajar oleh dosen Y mahasiswa tersebut juga tidur. Ini menandakan ada konsistensi pada mahasiswa tersebut.
Ketiga, kekhasan yaitu bagaimana seorang bereaksi terhadap stimulus atau situasi yang berbeda-beda. Misalnya mahasiswa tidur ketika diajar oleh dosen X, tapi ketika diajar oleh dosen Y mahasiswa tersebut tidak tidur, ini menandakan bahwa mahasiswa tersebut mimiliki kekhasan.
Secara singkat dapat digambarkan untuk menentukan atribusi atas prilaku seseorang dengan model Kelley adalah sebagai berikut:
Jika konsensus tinnggi + konsistensi tinggi + distingtif tinggi = atribut situasional/external.
Jika konsensus tinggi + konsistensi rendah + distingtif tinggi= atribut external (situasional).
Jika konsensus rendah + konsistensi tinggi + distingtif rendah= internal /    disposisional.  
Teori atribusi juga bisa digunakan untuk menganalisis keberhasilan dan kegagalan seseorang. Menurut weiner, untuk menganalisis keberhasilan atau kegagalan seseorang didasarkan pada dua dimensi yaitu Locus of Control (LC internal-eksternal) yaitu bahwa keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat disebabkan oleh factor internal atau eksternal. Dan dimensi stabilitas penyebab yaitu keberhasilan atau keggalan seseorang disebabkan oleh factor-faktor yang bersifat stabil atau tidak stabil.

C.     Teori Penetrasi Sosial
Teori Penetrasi Sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman & Dalmas Taylor. Teori penetrasi sosial secara umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Di sini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi diantara keduanya, atau dalam bahasa Altman dan Taylor: penetrasi sosial.
Altman dan Taylor (1973) membahas tentang bagaimana perkembangan kedekatan dalam suatu hubungan. Menurut mereka, pada dasarnya kita akan mampu untuk berdekatan dengan seseorang yang lain sejauh kita mampu melalui proses “gradual and orderly fashion from superficial to intimate levels of exchange as a function of both immediate and forecast outcomes.
Dalam perspektif teori penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan beberapa penjabaran sebagai berikut:
Pertama, Kita lebih sering dan lebih cepat akrab dalam hal pertukaran pada lapisan terluar dari diri kita. Kita lebih mudah membicarakan atau ngobrol tentang hal-hal yang kurang penting dalam diri kita kepada orang lain, daripada membicarakan tentang hal-hal yang lebih bersifat pribadi dan personal. Semakin ke dalam kita berupaya melakukan penetrasi, maka lapisan kepribadian yang kita hadapi juga akan semakin tebal dan semakin sulit untuk ditembus. Semakin mencoba akrab ke dalam wilayah yang lebih pribadi, maka akan semakin sulit pula.
Kedua, keterbukaan-diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal-balik), terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori ini, pada awal suatu hubungan kedua belah pihak biasanya akan saling antusias untuk membuka diri, dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi semakin dalam atau semakin masuk ke dalam wilayah yang pribadi, biasanya keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat, tidak secepat pada tahap awal hubungan mereka. Dan juga semakin tidak bersifat timbal balik.
Ketiga, penetrasi akan cepat di awal akan tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke dalam lapisan yang makin dalam. Tidak ada istilah “langsung akrab”. Keakraban itu semuanya membutuhkan suatu proses yang panjang. Dan biasanya banyak dalam hubungan interpersonal yang mudah runtuh sebelum mencapai tahapan yang stabil. Pada dasarnya akan ada banyak faktor yang menyebabkan kestabilan suatu hubungan tersebut mudah runtuh, mudah goyah. Akan tetapi jika ternyata mampu untuk melewati tahapan ini, biasanya hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih bermakna, dan lebih bertahan lama.
Keempat, depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar. Maksudnya adalah ketika suatu hubungan tidak berjalan lancar, maka keduanya akan berusaha semakin menjauh. Akan tetapi proses ini tidak bersifat eksplosif atau meledak secara sekaligus, tapi lebih bersifat bertahap. Semuanya bertahap, dan semakin memudar.
Dalam teori penetrasi sosial, kedalaman suatu hubungan adalah penting. Tapi, keluasan ternyata juga sama pentingnya. Maksudnya adalah mungkin dalam beberapa hal tertentu yang bersifat pribadi kita bisa sangat terbuka kepada seseorang yang dekat dengan kita. Akan tetapi bukan berarti juga kita dapat membuka diri dalam hal pribadi yang lainnya. Mungkin kita bisa terbuka dalam urusan asmara, namun kita tidak dapat terbuka dalam urusan pengalaman di masa lalu. Atau yang lainnya.
Karena hanya ada satu area saja yang terbuka bagi orang lain (misalkan urusan asmara tadi), maka hal ini menggambarkan situasi di mana hubungan mungkin bersifat mendalam akan tetapi tidak meluas (depth without breadth). Dan kebalikannya, luas tapi tidak mendalam (breadth without depth) mungkin ibarat hubungan “halo, apakabar?”, suatu hubungan yang biasa-biasa saja. Hubungan yang intim adalah di mana meliputi keduanya, dalam dan juga luas.
Keputusan tentang seberapa dekat dalam suatu hubungan menurut teori penetrasi sosial ditentukan oleh prinsip untung-rugi (reward-costs analysis). Setelah perkenalan dengan seseorang pada prinsipnya kita menghitung faktor untung-rugi dalam hubungan kita dengan orang tersebut, atau disebut dengan indeks kepuasan dalam hubungan (index of relational satisfaction). Begitu juga yang orang lain tersebut terapkan ketika berhubungan dengan kita. Jika hubungan tersebut sama-sama menguntungkan maka kemungkinan untuk berlanjut akan lebih besar, dan proses penetrasi sosial akan terus berkelanjutan.
Altman dan Taylor merujuk kepada pemikiran John Thibaut dan Harold Kelley yang menyatakan bahwa kita cenderung memperkirakan keuntungan apa yang akan kita dapatkan dalam suatu hubungan atau relasi dengan orang lain sebelum kita melakukan interaksi. Kita cenderung menghitung untung-rugi. Jika kita memperkirakan bahwa kita akan banyak mendapatkan keuntungan jika kita berhubungan dengan seseorang tersebut maka kita lebih mungkin untuk membina relasi lebih lanjut.
Dalam masa-masa awal hubungan kita dengan seseorang biasanya kita melihat penampilan fisik atau tampilan luar dari orang tersebut, kesamaan latar belakang, dan banyaknya kesamaan atau kesamaan terhadap hal-hal yang disukai atau disenangi. Dan hal ini biasanya juga dianggap sebagai suatu “keuntungan”.
Akan tetapi dalam suatu hubungan yang sudah sangat akrab seringkali kita bahkan sudah tidak mempermasalahkan mengenai beberapa perbedaan di antara kedua belah pihak, dan kita cenderung menghargai masing-masing perbedaan tersebut. Karena kalau kita sudah melihat bahwa ada banyak keuntungan yang kita dapatkan daripada kerugian dalam suatu hubungan, maka kita biasanya ingin mengetahui lebih banyak tentang diri orang tersebut.
huBungan yang sedang mereka jalani tersebut.
Intinya, menurut teori ini dalam hubungan antar pribadi telah terjadi penyusupan social. Seperti diketahui bahwa dalam proses awal terciptanya hubungan social diawali dengan perkenalan. Dalam perkenalan dengan orang lain untuk pertama kalinya kita sebenarnya mulai dengan ketidakakraban dan kemudian dengan proses yang terus menerus sedikit demi sedikit berubah menjadi lebih akrab sehingga pengembangan hubungan mulai terjadi. Dri sinilah orang mulai menghitung apa yang bias diterima atas hubungan social atau keuntungan apa yang dapat diperoleh melalui hubungan sosial.

  

PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING (PTBK)

Kali ini saya akan berbagi power point tentang Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) dari dosen saya. Di dalam ppt tersebut dijelaskan banyak hal mengenai PTBK. Mulai dari pengertian PTBK sampai cara untuk melakukan PTBK.

Nah, untuk lebih jelasnya langsung saja klik di sini untuk mendownload pptnya.
semoga bermanfaat ya... :)

KONSEP PROGRAM PREVENSI DALAM KOMUNITAS


 Konsep Prevensi
            Prevensi adalah upaya untuk mencegah timbulnya masalah. Prevensi merupakan sebuah konsep yang berasal dari bahasa latin yang memiliki arti “mengantisipasi sesuatu sebelum hal tersebut terjadi”. Prevensi menitikberatkan pada faktor-faktor yang dapat diubah sebelum keadaan yang tidak diinginkan berkembang lebih jauh.
            Psikologi komunitas lebih menekankan pada upaya pencegahan, bukan pada praktik perawatan perawatan (treatment) yang merupakan ranah dari psikologi klinis. Setelah ada masalah, treatment biasanya baru dimulai dan kadang-kadang bisa dikatakan terlambat sehingga kurang efektif. Kita biasanya menyadari beratnya kerusakan dan penderitaan psikologis yang dialami setelah berbagai usaha serta kagagalan mengatasi dilakukakan dan untuk memulihkan kembali kekadaan memerlukan biaya perbaikan yang mahal diseertai kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat luas. Pencegahan dapat menolong sebelum mamsaah terjadi.
            Psikologi komunitas lebih menekankan pada tindakan proaktif mencegah ketimbang tindakan reaktif. Tindakan reaktif sering muncul ketika menghadapi kejadian maisalnya seorang tertangkap dipukuli ramai-ramai karena dikira pencuri, atau di jalan raya banyak orang/pengendara bertindak sesuai kepentingannya sendiri merupakan tindakan reaktif yang menimbulkan kemacetan. Sebaliknya tiindakan pencegahan sebagai contoh: polisi berpatroli secara rutin untuk mencegah adanya kemacetan lalu lintas dan kejahatan. Pemerintah mengeluarkan peraturan tertulis menetapkan perilaku yang diinginkan guna mencegah perilaku yang  tidak diharapkan. Penjelasan tentang seks sebaiknya diberikan sebelum memasuki usia dewasa sehingga kehamian yang tidak dikehendaki dapat dicegah karena remaja sudah mengetahi akibat dar tindaknyang dilakukan.
            Psikologi komunitas memberi penekanan untuk memperkembangkan kompetensi sosial, meningkatkan kesadaran masyarakat akan kekuatan positif yang dimiliki bersama. Kompetensi pada hakikatnya adalah kemampuan seseorang dalam menguasai sesuatu; kompetensi adalah kemauan mendasar untuk merasa mampu mengerjakan sesuatu. Ketika berinteraksi dengan orang laintidak ada seorangpun yang mau dikatakan bahwa dirinya tidak kompeten. Menyadari adanya kemampuan pada setiap orang merupakan suatu kekuatan yang berguna untuk kepentingan bersama atau dalam mengupayakan suatu keinginan bersama.
            Sampai saat ini prevensi dan promosi utama tersebut masih dipertentangkan yaitu apakah menggunakan pendekatan pencegahan terhadap gangguan (proponent of disorder prevention) atau pendekatan prevensi untuk peningkatan kesejahteraan dan kompetensi sosial (promotion of wellness and socil competence).
            Pendukung konsep prevensi terhadap suatu gangguan menganggap bahwa mencegah gangguan kelainan seperti depresi, schizophrenia, bunuh diri atau kelainan lainnya merupakan suatu hal yang penting unutk dipelajari. Penelitian dalam hal ini harus ditujukan untuk menghambat dan mengurangi faktor-faktor risiko yang muncul dari adanya kelaianan tersebut. Sudut pandang ini lebih mengutamakan pilihan intervensi yang sifatnya khusus da nada indicator yang jelas.
            Adapun pendukung dari pendekatan peningkatan kesejahteraan dan kompetensi sosial (promotion of wellness and socil competence) percaya bahwa banyak manusia yang tidak berada dalam kondisi psikologis bahagia dan sejahtera (psychological well-being). Kita perlu menolong orang lebih dari sekedar menolong dan mengeluarkan mereka dari penderitaan, melainkan menolong agar dapat membuat mereka merasa bahagia-sejahtera.penelitian dari sudut pandang konsep ini harus ditujukan untuk mengidentifikasi dan memahami faktor-faktor yang berpotensi meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan ketahanan mental untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
            Peran para psikolog komunitas dalam hal ini adalah mempertahankan kedua pespektif trsebut untuk saling mengisi dan menjembatani fungsi keduanya.
            Melaksanakan program pencegahan dan pengembangan kompetensi sosial di lapangan perlu mempertimbangakan banyak hal.
            Model prevensi dalam psikologi kmunitas dikemukakan oleh bower (dalam wibowo dkk:2013) menekankan pada kompetensi sosial, kesejahteraan, kesehatan, dan permasalahn perilaku.

Macam Upaya Pencegahan
            Dalam kehidupan ada tiga macam upaya pencegahan, yaitu: (1) key integrated social system (kiss), (2) ailing-in difficulty (AID), dan (3) Illness Correctional Endeavor (ICE).
1)      KISS
key integrated social system (KISS) merupakan setting formal maupun informal dimulai sejak dalam kandungan ibu sampai pada masa kanak-kanak. Sistem yang pertama adalah sistem perawatan kesehatan anak yang dimulai dari masa prenatal, proses kelahiran, dan perawatan pasca kelahiran. Sistem yang kedua adalah keluarga yang dapat membentuk nilai dan harapan hidup serta memberikan kesempatan bagi perkembanngan kognitif, afektif, kemampuan interpersonal dan keterampilan akademik anak. Sistem yang ketiga adalah sekolah sebagai tempat mengenal dan pembentukan nilai-nilai dalam masyarakat pada anak. Sistem informal dalam KISS lebih menitikberatkan pada hubungan anak dengan lingkungan sosialnya, seperti lingkungan teman-teman dekat (peers). KISS merupakan integrasi dari sitem-sistem sosial yang hidup dalam masyarakat yang berinteraksi secara langsung dan intens untuk menanamkan nilai-nilai masyarakat itu sendiri.
2)      AID Institution
Orang-orang yang kurang memiliki kesempatan untuk memfungsikan dirinya berinteraksi secara langsung dan intens seperti dalam model KISS dapat mengambil alternative prevensi dalam institusi AID atau Ailing in Difficulty. Sebagai contoh, dapat berupa pelayanan, pengarahan dan konseling di sekolah, pemberian fasilitas perawatan kesehatan mental bagi gawat darurat di rumah sakit.para pasien yang tidak dirawat di rumah sakit, dan pelayanan perawatan bagi pasien yang berada dalam ruangan gawat darurat rumah sakit.
3)      ICE
ICE atau Illness Correctional Endeavors merupakan usaha-usaha untuk memperbaiki keadaan orang yang sakit atau yang membutuhkan dukungan mental. Biasanya sitem ICE ini terdapat di rumah sakit (psikiater), penjara dan fasilitas perawatan kesehatan jangka panjang lainnya.

 Jenis Prevensi
            Caplan (dalam Wibowo, 2013) membedakan prevensi ke dalam tiga jenis, yaitu:
1.      Prevensi primer (Primary intervention)
Prevensi ini diberikan untuk semua populasi, tidak hanya pada populasi yang diketahui sedang membutuhkan pertolongan, tetapi juga yang berada dalam kondisi sukar (distress). Intervensi pencegahan awal yang dilakukan adalah dengan mengurangi kemungkinan munculnya dampak yang membahayakan dari lingkungan sebelum hal tersebut berkembang menjadi masalah. contohnya seperti memberi vaksinasi, memberikan program pelatihan pengambilan keputusan dan pelatihan keterampilan memecahkan masalah.
2.      Prevensi sekunder (secondary prevention)
Prevensi ini disebut juga prevensi dini karena masyarakat mulai melihat tanda-tanda munculnya gangguan atau kesulitan yang berarti. Dalam prevensi ini intervensi diberikan pada mereka yang sudah memperlihatkan gejala awal munculnya gangguan atau penyakit. Contohnya adalah program yang ditargetkan untuk anak yang pemalu dan suka menarik diri.
3.      Prevensi tersier (tertiary prevention)
Prevensi ini diberikan kepada anggota masyarakat yang telah mengalami gangguan (disfungsi) dengan maksud untuk membatasi  perkembangan gangguan tersebut, misalnya dengan menurunkan intensitas dan durasi gangguan serta mencegah timbul kembali gejala atau komplikasi tambahan di masa yang akan datang.
      Mrazek dan Hargerty mengenalkan bentuk ukuran pencegahan yang digunakan dalam institute of medicine (IOM) report. Kontribusi utama mereka berkaitan dengan hal-hak yang bersifat umum/universal, pilihan / selektif, mengukur indicator, dan metode pencegahan.
a.       Pengukuran prevensi umum
langkah-langkah prevensi umum intervensi diberikan untuk setiap orang yang berada dalam kelompok populasi, yang sudah terdaftar dalam populasi yang dimaksud adalah semua orang walaupun mereka yang tidak berada dalam kondisi sulit (distress). Pencegahan ini hamper sama dengan tahapan primary prevention caplan
b.      Pengukuran prevensi selektif
Langkah-langkah ini diberikan kepada individu yang berisiko mendapat gangguan mental di atas rata-rata. Risiko yang muncul dapat berasal dari lingkungan seperti berikut: rendahnya penghasillan, konlik keluarga, harga diri yang rendah, dan faktor-faktor individu lainnya.
c.       Pengukuran indikasi-prevensi
Langkah-langkah prevensi ini digunakan untuk individu berisiko tinngi untuk mengalami gangguan mental yang ebih parah di masa yang akan datang, terutama mereka yang telah menunjukkan symptom awal dari gangguan. Difinisi yang dipakai IOM lebih mengacu pada pendekatan prevensi gangguan spesifik dan bukan pada pengembangan kompetensi.







CONTOH SKRIP PENGOMUNIKASIAN HASIL TES PSIKOLOGIS

Dalam bimbingan dan konseling, pengomunikasian hasil tes psikologis merupakan suatu hal yang penting, agar konseli/siswa dapat mengetahui dan memahami hasil tes psikologisnya. Sebagai guru BK sudah sewajarnya melakukan kegiatan pengomunikasian hasil tes psikologis tersebut.
Di sini saya akan berbagi contoh skrip pengmunikasian hasil tes bakat dan minat.
selamat membaca dan semoga bermanfaat :)

Klien               : “Selamat pagi Bu, assalamualaikum”
Konselor          : “selamat pagi juga mbak afrida, waalaikumsalam ayo masuk, dan silahkan duduk”
Klien               : “ iya Bu, terimakasih”
Konselor          : “akhir-akhir ini saya sering melihat mbak afrida bolak-balik ke kantor, memang sedang sibuk apa sekarang?”
Klien               : “oh, ini buk sebentar lagi kan ada acara pensi, kebetulan saya ketua panitianya jadi saya sering menemui pak adib selaku Pembina osis”
Konselor          : “ oh begitu, memang pensinya tanggal berapa mbak afrida?”
Klien               : “tanggal 15 januari Bu, oh iya bu, kira-kira ada perlu apa ya ibu memanggil saya kesini?
Konselor          : “mbak afrida belum tahu maksud saya memanggil mbak afrida ke sini?
Klien               : “belum Bu, tadi saya hanya disuruh oleh Bu dian untuk menemui Ibu,”
Konselor          : “baiklah, mbak afrida masih ingat tidak dengan psikotes minggu lalu?
Klien               : “ iya bu saya ingat, bagaimana hasilnya Bu? Apakah saya sudah bisa melihatnya sekarang?”
Konselor          : “ nah untuk maksud itulah ibu memanggilmu. Kita akan melakukan konseling dalam rangka menyampaikan hasil psikotesmu minggu lalu. Namun, sebelum itu ada bebrapa hal yang ingin ibu sampaikan”
Klien               : “apa itu Bu?”
Konselor          : “begini mbak afrida, maksud dan tujuan konseling kali bukan untuk membahas suatu masalah, tetapi untuk membahas hasil psikotesmu. Pembahasan ini pentingagar kamu dapat memahami dengan jelas bagaimana gambaran bakat dan minatmu. Dengan pemahaman yang jelas akan memudahkan kamu dalam membuat pilihan jurusan atau prodi di perguruan tinggi nantinya. Nah, agar pembahasan hasil psikotes ini dapt berjalan dengan lancar, ada yang perlu diperhatikan. Kamu hendaknya bersifat terbuka dan sukarela dalam menyampaikan perasaan atau pemikiran terkait dengan hasil tes. Kamu tidak perlu khawatir dengan kerahasiaan pembicaraan apalagi hasil tesmu, saya berjanji untuk menjaganya. Dan yang terpenting kamu bisa betul-betul aktif dalam kegiatana konseling ini.”
Klien               : “ oh iya bu, saya mengerti”
Konselor          : “ baiklah, ini adalah lembar psikogram hasil tesmu minggu lalu. Pada psikogram ini ada beberapa angka dan grafik yang yang berwarna-warni yang menggambarkan kedudukan bakat dan minatmu. Nah, coba dilihat berapa angka kecerdasanmu?
Klien               : “rentangan IQ 120-133, artinya apa ya Bu?
Konselor          : “ ya artinya bahwa angka kecerdasanmu ada pada kisaran 120-133. Maknanya kecerdasanmu adalah superior.”
Klien               :” oh begitu, terus di bawahnya ada tes bakat diferensial, maksudnya apa ya Bu?”
Konselor          : “ oh, itu adalah profil dari bakat-bakatmu. Coba perhatikan grafik itu, lalu bacakan pada Ibu,”
Klien               :” iya Bu, bakat verbal saya ada pada angka 85, bakat numerical 45, bakat skolastik 65, abstrak 45, mekanik 20, relasi ruang 80, kecepatan dan ketelitian klerikal 65. Lalu apa arti dari angka-angka tersebut Bu?”
Konselor           :” bagini mbak afrida, untuk menyimpulkan bagaimana status bakatmu, ada ketentuannya. Apabila bakatmu ada pada rentang PP 1 s.d. 49 artinya bakatmu rendah, PP 50 s.d. 74 artinya bakatmu sedang dan PP di atas 75 artinya bakatmu tinggi/kuat. Kalau begitu bagaimana kesimpulan tentang bakatmu?
Klien                           :” sepertinya saya kuat pada bakat verbal dan relasi ruang Bu, untuk bakat skolastik dan Kecepatan ketelitian klerikal tergolong sedang dan tergolong rendah pada bakat numerical, abstrak, dan mekanik. Bagaimana Bu? Apakah sudah benar kesimpulan bakat saya?
Konselor          :” iya kesimpulan yang mbak afrida sebutkan sudah benar. Mbak afrida bakat verbal dan relasi ruangnya tinggi, itu artinya bahwa mbak afrida mempunyai kemamuan dasar yang tinggi dalam memahami atau menyelasaikan masalah yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan masalah yang berkenaan dengan memvisualisasi, mengamati gambar-gambar tiga dimensi.
Tetapi di sini mbak afrida mempunyai bakat numerical, abstrak, dan mekanik yang rendah, itu artinya kemampuan dasar mbak afrida dalam memahami atau menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan angka, mesin, angka & kata-kata, itu rendah.
Lalu mbak afrida mempunyai bakat yang sedang itu pada bakat skolastik dan kecepatan ketelitian klerikal. Artinya adalah kemampuan mbak afrida dalam memahami atau menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan tugas-tugas skolastik itu sedang, dan kecepatan & ketelitian mbak afrida dalam menyelesaikan tugas tulis menulis juga sedang.
Klien               :” oh begitu bu, lalu di bawahnya ada grafik minat jabatan, maksudnya bagaimana ya Bu?
Konselor          : “ itu adalah grafik profil minat jabatanmu. Coba perhatikan grafik profil minat jabatanmu itu, lalu bacakan kepada Ibu, “
Klien               : ” baik Bu, minat jabatan pribadi sosial saya 60, minat natural 80, minat mekanik 5, minat bisnis 30, minat seni 95, minat sains 30, minat verbal 70, minat manipulative 70, dan minat komputatif 50. Maksud dari angka-angka yang saya sebutkan tadi apa ya Bu?”
Konselor          : “begini mbak afrida, untuk bisa menyimpulkan bagaimana status minat jabatanmu, ada ketentuannya yang mana ketentuan tersebut sama dengan ketentuan saat menyimpulakn profil bakatmu yaitu apabila minatmu ada pada rentang PP 1 s.d. 49 artinya minatmu rendah, PP 50 s.d. 74 artinya minatmu sedang dan PP di atas 75 artinya minatmu tinggi/kuat. Kalau begitu bagaimana kesimpulan tentang minatmu?”
Klien               :” oh, begitu Bu, sepertinya minat jabatan saya kuat di seni dan natural Bu, lalu untuk minat pribadi sosial, verbal, manipulatif, dan komputatif tergolong sedang. Dan untuk minat mekanik, minat bisinis, dan minat sains tergolong rendah Bu,” bagaimana Bu, apakah kesimpulan yang saya katakana sudah tepat?
Konselor          :” iya, kesimpulan yang mbak afrida katakan sudah tepat. Minat jabatan mbak afrida tinggi di seni dan natural, artinya ialah minat mbak afrida terhadap kegiatan/pekerjaan yang dilakukan di alam terbuka dan kegiatan/pekerjaan yang mencakup seni itu tinggi. 
                        Namun, minat mekanik, bisnis, dan sains mbak afrida rendah, artinya ialah mbak afrida kurang menyukai kegiatan/pekerjaan yang berkaitan dengan  permesianan, perniagaan dan sains.
Dan untuk minat pribadi sosial, verbal, manipulatif, dan komputatif mbak afrida tergolong sedang. Artinya ialah minat mbak afrida terhadap kegiatan/pekerjaan yang berkaitan dengan bidang pelayanan, penggunaan kata-kata di dunia kerja, kegiatan/pekerjaan yang menuntut syarat penggunaan tangan, dan kegiatan/pekerjaan berhubungan dengan symbol dan konsep angka tergolong sedang.”
Klien               :” oh begitu Bu, lalu, berdasarkan profil bakat dan minat saya kira-kira saya cocok untuk masuk jurusan apa ya Bu?”
Konselor          : “begini mbak afrida, di bawah grafik minat jabatan tertera rekomendasi jurusan yang mana rekomendasi jurusan tersebut didasarkan atas hasil tes inteligensi, bakat, dan minatmu. Coba perhatikan rekomendasi tersebut, lalu bacakan kepada Ibu,”
Klien               :” baik bu, di sini saya direkomendasikan untuk peringkat I itu saya masuk jurusan bahasa, peringkat II saya masuk jurusan IPS, dan peringkat III saya masuk jurusan IPA. Bagaimana Bu, apakah yang saya sampaikan sudah benar?”
Konselor          :” iya benar mbak afrida, pada peringkat I mbak afrida direkomendasikan masuk jurusan IPS karena persentese bakat bahasa mbak afrida sebesar 65 dan minat bahasa sebesar 77,5.
Lalu peringkat II mbak afrida direkomendasikan masuk jurusan IPS karena persentase bakat IPS sebesar 60 dan minat IPS sebesar 45.
Dan untuk peringkat III mbak afrida direkomendasikan masuk jurusan IPA, karena mangingat persentase bakat sebesar 47,5 dan minat sebesar 48,33.
                        Jadi, penentuan peringkat masuk jurusan itu didasarkan atas perbandingan persentase bakat dan minat jurusan IPA, IPS dan bahasa.
Klien               : “ oh begitu ya Bu, jadi saya peringkat I masuk Bahasa. Wah kebetulan sekali Bu, dari dulu saya ingin masuk jurusan bahasa dan orang tua saya sangat mendukungnya.”
Konselor          :” wah, bagus kalau begitu, mbak afrida jadi bisa mengembangkan diri di jurusan bahasa nantinya.”
Klien               :” iya Bu,,”
Konselor          :”nah, sekarang bagaimana perasaanya setelah melakukan konseling ini?”
Klien               :” saya senang sekali Bu, saya jadi tahu bakat dan minat saya. Lalu saya juga sudah tahu besok mau masuk jurusan apa. Terimakasih ya Bu, saya akan memberitahukan hal ini pada kedua orang tuaku.”
Konselor          :” iya, sama-sama mbak afrida.”
Klien               :” oh iya Bu, sekarang sudah jam 9. Saya kembali ke kelas dulu ya Bu, soalnya nanti ada mata pelajaran matematika. Permisi Bu, assalamualaikum…”

Konselor          :” oh iya mbak, waalaikumsalam.

CONTOH ANALISIS DAFTAR CEK MASALAH

Daftar Cek Masalah adalah daftar yang berisi sejumlah kemungkinan masalah yang pernah atau sedang dihadapi oleh individu atau sekelompok individu.
Sebagai seorang guru BK wajib mengetahui bagaimana cara menganalisis hasil DCM yang telah disebar. Meskipun sekarang sudah tersedia aplikasi analisis DCM, tapi tidak menutup seorang guru BK untuk menganalisis DCM secara manual.

Berikut saya akan berbagi contoh analisis DCM.
Untuk mendownloadnya, silahkan klik di sini.

Mohon maaf jika ada kesalahan, karena kami juga sedang belajar :)
Semoga bermanfaat :)

Sabtu, 27 Desember 2014

JENIS DAN POLA DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pelayanan bimbingan di lembaga pendidikan formal akan terlaksana dengan mengadakan sejumlah kegiatan bimbingan. Kegiatan bimbingan itu bisa diselenggarakan dalam program bimbingan, yaitu suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode tertentu. Kegiatan bimbingan mencakup tiga jenis bimbingan, yaitu bentuk bimbingan, sifat bimbingan, dan ragam bimbingan, yang masing-masing memberikan corak tertentu pada kegiatan yang terapung dalam suatu program bimbingan.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan non materil yang diberikan kepada individu atau kelompok. Bimbingan juga mempunyai model dan pola dasar yang merupakan asas pokok untuk mengatur penyebaran pelayanan bimbingan. Penerapan pola dasar tertentu dapat berakibat terhadap pola organisasi bimbingan yang terapung dalam program bimbingan.
Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang jenis, model, dan pola dasar bimbingan kepada para mahasiswa, maka melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang jenis bimbingan, model bimbigan dan pola dasar bimbingan.

B.     Rumusan Masalah

1. Bagaimana  jenis-jenis bimbingan ditinjau dari bentuk, sifat dan ragamnya?
2. Bagaimana model-model bimbingan dan konseling?
3. Bagaimana pola dasar bimbingan dan konseling?

C.    Tujuan
      1.      Untuk mengetahui jenis-jenis bimbingan baik dari bentuk, sifat maupun ragamnya.
      2.      Untuk mengetahui model-model bimbingan dan konseling
      3.  Untuk mengetahui pola dasar bimbingan dan konseling.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Jenis-jenis bimbingan ditinjau dari bentuk, sifat, dan ragamnya
Bimbingan dapat dibagi atas beberapa jenis bimbingan atau macam bimbingan, yaitu beberapa golongan berdasarkan sudut pandang tertentu. Jenis bimbingan pada dasarnya dibagi atas tiga jenis, yaitu bentuk bimbingan, sifat bimbingan dan ragam bimbingan.

1.      Bentuk bimbingan
Bentuk bimbingan lebih mengarah pada jumlah individu yang diberi pelayanan bimbingan. Menurut bentuknya, bimbingan ada dua yaitu bimbingan individual dan bimbingan kelompok.

1.1  Bimbingan individual
Bimbingan individual yaitu bimbingan yang dilakukan bila siswa yang dilayani  hanya satu orang dan disalurkan melalui bimbingan perseorangan yang lebih mengarah pada konseling individual.
1.2  Bimbingan kelompok
Bimbingan kelompk yaitu bimbingan yang dilakukukan bila siswa  yang dilayani lebih dari satu orang. Bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial. Misalnya bimbingan yang berkaitan dengan orientasi siswa baru. Melalui bimbingan kelompok siswa baru akan mendapat informasi tentang sekolah barunya, meliputi lingkungan sekolah, program sekolah, dan kebijakan-kebijakan sekolah.

2.      Sifat bimbingan
Istilah sifat  bimbingan disini  menunjuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan bimbingan.  Sifat-sifat itu  adalah:

2.1  Pencegahan/preventif
Bimbingan berusaha mencegah siswa dari berbagai masalah yang mungkin timbul, yang dapat mengganggu dan menghambat perkembangannya. Pencegahan ini bisa dilakukan dengan cara sosialisasi. Misalnya sosialisasi narkoba, pergaulan bebas dan bahaya merokok. Dengan sosialisasi ini diharapkan dapat mencegah siswa melakukan hal tersebut. Contoh dari  kegiatan preventif adalah memberikan informasi kepada siswa di SMA kelas satu tentang isi program studi IPA, IPS dan Bahasa, menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan program studi. Kegiatan ini dilakukan agar dapat mencegah terjadinya salah jurusan yang nantinya dapat mengganggu proses belajar siswa.
2.2  Penyembuhan/korektif
Jika individu sudah terlanjur mengalami masalah yang dapat mengganggu perkembangannya, maka bimbingan bersifat menyembuhkan individu tersebut dari masalah yang dihadapinya. Proses penyembuhan itu harus diawali dengan pemahaman tentang diri individu, bagaimana kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Setelah memahami tentang diri individu, yang tak kalah pentingnya adalah memahami masalah yang sedang dialami oleh individu. Pemahaman tentang masalah individu ini supaya konselor dapat dapat mengeluarkan individu dalam masalahnya atau menyembuhkan individu tersebut.
2.3  Perbaikan
Perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada seorang atau sekelompok siswa yang mengalami masalah dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi, sehingga siswa tersebut dapat berkembang secara optimal.
2.4  Pemeliharaan dan pengembangan
Bimbingan bersifat memelihara dan mengembangkan segala bentuk potensi dan kepribadian  yang ada dalam diri individu secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Kondisi individu yang sudah baik dijaga agar tetap baik dan dikembangkan.


3.      Ragam Bimbingan
Ragam bimbingan menunjuk pada bidang kehidupan tertentu yang menjadi fokus perhatian dalam pelayanan bimbingan. Ragam bimbingan tersebut adalah:

3.1  Bimbingan belajar (Educational guidance)
Bimbingan belajar adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat dalam memilih program studi yang sesuai,dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan. Bimbingan belajar mempunyai kaitan langsung dengan proses kegiatan belajar mengajar, sehingga setiap pelayanan bimbingan harus sesuai dengan proses pengajaran.
Program bimbingan belajar akan memuat unsur-unsur sebagai berikut:
1.      Orientasi kepada siswa baru tentang tujuan institusional, isi kurikulum pengajaran, struktur organisasi sekolah dan lain-lain.
2.      Penyadaran kembali tentang cara belajar yang tepat selama sekolah.
3.      Bantuan dalam hal mengatasi kesulitan belajar, seperti kurang siap menghadapi ujian, kurang berkonsentrasi, dan lain-lain.
4.      Bantuan dalam hal membentuk berbagai kelompok belajar dan mengatur seluruh kegiatan belajar kelompok supaya belajar efisien dan efektif.

3.2  Bimbingan karier
Bimbingan karier adalah bimbingan yang membantu peserta didik mengenal dan mengembangkan potensi diri melalui penguasaan pengetahuan dan keterampiln, mengembangkan nilai-nilai dan sikap yang positif untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia pekerjaan. Dalam hal ini, peranan sekolah menjadi semakin penting, baik dalam menyediakan berbagai program studi sebagai persiapan untuk memasuki dunia pekerjaan, maupun dalm menyajikan beraneka kegiatan bimbingan yang berkaitan dengan dunia pekerjaan.


3.3              Bimbingan pribadi dan sosial
Bimbingan yang membantu individu untuk mengenal dirinya sendiri dan mengenal dunia sosial. Bimbingan pribadi dan sosial ini dikaitkan dengan pengembangan pribadi siswa dan hubungan-hubungannya dengan orang lain. Semakin dewasa individu, maka semakin banyak masalah pribadi dan sosial yang dihadapi. Bimbingan pribadi dan sosial mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1.      Informasi tentang tahap perkembangan yang sedang dilalui oleh individu.
2.      Penyadaran akan keadaan masyarakat yang semakin berkembang ke arah masyarakat modern.



B.     Model dan Pola Dasar BK
Model-model BK dan pola dasar bimbingan bermula dari gerakan bimbingan dan konseling di Amerika yang dikembangkan disejumlah kerangka pikir yang menjadi pedoman dan pegangan dalam pelayanan di sekolah-sekolah.

1.      Model-model BK

·         Frank Parson yang menciptakan istilah Vocational Guidance Yang menekankan ragam jabatan bimbingan dengan menganalisis  diri sendiri, analisis terhadap bidang pekerjaan, serta memadukan keduanya dengan berpikir rasional dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan data serta wawancara konseling.

·         William M. Proctor, (1925) yang mengembangkan model bimbingan mengenalkan dua fungsi yaitu fungsi penyaluran dan fungsi penyesuaian menyangkut bantuan yang diberikan kepada siswa dalam memilih program studi, aktivitas eksra kurikuler, bentuk rekreaasi, jalur persiapan memegang sesuai dengan kemampuan, bakat, minat dan cita-cita siswa.

·         John M. Brewer,(1932) yang mengembengkan ragam bimbingan seperti bimbingan belajar, bimbingan rekreasi, bimbingan kesehatan,bimbingan moral dan bimbingan perkembangan. Model ini tidak hanya mengenai bimbingan jabatan saja.

·         Donal G. Patterson(1938) dalam konseling yang dikenal dengan metode klinis menekankanperlunya menggunakan teknik-teknik untuk mengenal konseli dengan menggunakan tes psikologis da studi diagnostik.

·         Wilson Little dan AL. Champman,(1955) menekankn perlunya memberikan bantuan kepada semua siswa dalam aspek perkembangan siswa dalam bidang studi akademik dalam mempersiapkan diri memangku suatu jabtan dan dalam mengolah pengalaman batin serta pergaulan sosial. Model ini memanfaatkn bentuk pelayanan individualdan kelompok,mengutamakn sifat bimbngan prefentif dan preseveratif dan melayani bimbingan belajar, jabatan dan bimbingan pribadi.

·         Kenneth B. Hoyt,(1962)yang mendiskrisikan model bimbingan mencakup sejumlah kegiatan bimbingan dalam rangka melayani kebutuhan siswadi jenjang pendidikan dasar dan menengah. Model ini menekankan pelayanan individual dan kelompok dan memungkinkan pelayanan yang bersifat preventif, preserveratif dan remidial dan mengutamakan ragam bimbingan belajardan pribadi.

·         Ruth Strabf, (1964) berpandangan bahwa bimbingaan melalui wawancara konseling. Model ini menekankan bentuk pelayanan individu dan kelompok dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan dan wawancara konseling.

·         Artur J. Jones,(1970) menekankan pelayanan bimbingan sebagai bantuan kepada siswa dalam membuat pilihan-pilihan dan dalam mengadakan penyesuaian diri. Bantuan itu terbatas pada masalah-masalah yang menyangkut bidangstudi akademik dan bidang pekerjaan. Model ini juga menekankan bentuk pelayanan individu mengutamakan ragam bimbingan belajar serta bimbingan jabatan.

·         Julius menacker, (1976) model ini menekankan usaha mengadakan perubahan dalam lingkungan hidupyang menghambat perkembangan yang optimal bagi siswa. Keunggulan model ini adalah pandangan perilaku seseorang sebaiknya dilihat sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungan hidupnya.




2.      Pola-pola Bimbingan
Pola bimbingan adalah suatu asas pokok untuk mengatur penyebaran pelayanan bimbingan di sekolah, dengan mempertimbangkan kegiatan bimbingan apa yang diadakan, oleh siapa bimbingan dilaksanakan dan kepada siapa bimbingan diberikan.

2.1  Pola Generalis
Pola generalis berasaskan keyakinan, bahwa corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas usaha belajar siswa, dan seluruh staf pendidik dapat menyumbang pada perkembangan kepribadian masing-masing siswa. Segi positif dari pola dasar ini adalah tekanan yang diberikan pada perhatian terhadap perkembangan optimal masing-masing siswa dan pada partisipasi semua tenaga kependidikan dalam program kegiatan bimbingan. Kelemahannya adalah terdapat persebaran pelayanan bimbingan yang luas, dengan melibatkan banyak pengajar. Belum tentu semua tenaga pengajar mampu melaksanakan bimbingan.
2.2  Pola Spesialis
Pola spesialis berasaskan keyakinan, bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh para ahli bimbingan yang masing-masing berkemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu seperti testing psikologis, bimbingan karier, dan bimbingan konseling. Segi positif pola dasar ini adalah pelayanan bimbingan yang diberikan kepada siswa bermutu tinggi. Kelemahannya adalah terdapat kecenderungan sentrifugal, yaitu kecendrungan semua tenaga ahli akan bekerja sendiri-sendiri dan saling melemparkan tanggung jawab.
2.3  Pola Kurikuler
Pola kurikuler berasaskan keyakinan, bahwa kegiatan bimbingan di institusi pendidikan diusulkan dimasukkan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk pengajaran khusus dalam rangka kursus bimbingan. Segi positif dari pola ini adalah hubungan yang lebih dekat dengan staf pengajar, karena semua tenaga bimbingan langsung terlibat dalam seluk beluk pengajaran. Kelemahannya terletak pada kenyataan yaitu kemajuan dalam pemahaman diri dan perkembangan kepribadian tidak dapat diukur melalui suatu tes hasil belajar.
3.3  Pola relasi-relasi manusia dan kesehatan mental
Pola relasi-relasi manusia dan kesehatan mental berasaskan keyakinan, bahwa orang akan hidup lebih bahagia bila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan membina hubungan baik dengan orag lain. Segi positif pola ini adalah peningkatan kerja sama antara seluruh anggota staf pendidik dan paeserta didik. Kelemahannya, jika si pembimbing tidak menguasai berbagai cara dalam memberikan pelayanan bimbingan, maka tujuannya tidak akan tercapai, yaitu tujuan untuk meningkatkan taraf integrasi dalam kepribadian sertataraf kesehatan mental dan meningkatkan kualitas hubungan manusiawi dengan sesama.





BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan

Jenis bimbingan bisa dilihat dari bentuk, sifat, dan ragam. Bentuk bimbingan lebih mengarah pada jumlah individu yang diberi pelayanan bimbingan. Dilihat dari bentuknya, bimbingan ada dua yaitu bimbingan individual dan bimbingan kelompok. Sifat bimbingan disini  menunjuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan bimbingan. Dilihat dari sifatnya ada sifat pencegahan, penyembuhan, perbaikan,  pemeliharaan dan pengembangan.
Ragam bimbingan menunjuk pada bidang kehidupan tertentu yang menjadi fokus perhatian dalam pelayanan bimbingan. Dilihat dari ragamnya ada bimbingan belajar, bimbingan karier, dan bimbingan pribadi dan sosial.
Pola dasar bimbingan ada pola generalis, pola spesialis, pola kurikuler dan pola relasi-relasi manusia dan kesehatan mental.



Daftar Pustaka
Winkel.1997.Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan.Jakarta:Grasindo.
Prayitno dan Erman Amti.2004.Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling.Jakarta:Rineka Cipta.