A. Teori Disclosure
Teori ini dikenal dengan istilah
jendela johari atau johari window. Nama johari merupakan singkatan dari orang
yang memperkenalkan teori tersebut,yaitu Joseph Luft dan Harry Ingham. Menurut teori ini, pengetahuan tentang diri
akan meningkatkan komunikasi dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan
orang lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka
diri, kita akan mendekati kenyataan dan bila demikian maka kita cenderung lebih
terbuka dengan orang lain yang pada gilirannya akan menerima
informasi-informasi , pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan dari siapapun
juga.
1. Faktor-faktor
yang memengaruhi self disclosure
a) Keterbukaan
orang lain
Umumnya self disclosure saling timbal balik. Jika dalam
interaksi dengan orang lain lebih dulu terbuka maka akan memancing diri kita
untuk terbuka juga. Selain itu self disclosure juga akan terjadi ketika dalam
berinteraksi ada reaksi yang positif dan penghargaan dari masing-masing orang
yang berkomunikasi.
b) Ukuran audiens
Ukuran orang yang sedang berkomunikasi dalam jumlah yang
sedikit misalnya dua orang maka akan ada kecenderungan untuk membuka diri. Hal
ini bisa terjadi pada kelompok kecil atau komunikasi diadik (dua orang).
Situasi diadik yang paling memungkinkan pihak yang terbuka untuk menghadapi reaksi
dan respon pihak lain.
c) Topik
Topik akan memengaruhi banyaknya orang yang akan membuka diri.
Misalnya, hobbi lebih menarik dari pada kondisi keuangan. Orang yang mempunyai
hobi yang sama ada kecenderungan untuk membuka diri karena memounyai kesamaan
dalam topic yang dibicarakan.
d) Valensi
Valensi merupakan kualitas positif atau negative dari self
disclosure. Kita akan mengembangkan atraksi yang lebih besar pada orang yang
menggunakan self disclosure yang positif. Ini biasa terjadi pada tahap awal
interaksi, sedangkan yang negative terjadi ketika hubungan sudah berlangsung
lama dan akrab.
e) Gender
Menurut hasil penelitian, wanita lebih terbuka dari pada
laki-laki. Tapi dalam hal kualitas self disclosure, keduanya mengarah pada
negative Hal ini bisa terjadi karena adanya stereotype bahwa laki-laki itu
mandiri, kompetitif, tidak simpatik. Sedangkan wanita itu ketergantungan, tidak
agresif dan interpersonal oriented.
f) Lawan bicara
Kita lebih sering terbuka pada orang terdekat dan yang akrab
dengan kita, contoh suami, isteri, sahabat, selain itu juga pada orang yang
kita sukai, pada orang yang menerima kita, mengerti kita dan mendukung kita.
2. Manfaat Self
Discosure
a) Informasi
tentang diri sendiri
Dengan terbuka dengan orang lain kita mendapat perspektif
baru tentang diri kita dan lebih memahami perilaku kita.
b) Kemampuan untuk
mengatasi masalah
Self disclosure dapat
meningkatkan kemamouan mengatasi masalah. Kita menerima diri kita melalui cara
pandang orang lain, jika kita merasa orang lain akan menolak kita maka kita
akan menolak diri kitajuga.
c) Komunikasi efektif
Dengan adanya keterbukaan antara orang yang berkomunikasi
maka kita akan lebih memahami apa yang dimaksud salam pembicaraan. Disamping
itu komunikasi akan menjadi efektif apabila orang yang berkomunikasi sudah
saling mengenal dengan baik.
d) Kesehatan mental
Orang yang terbuka akan terhindar dari penyakit yang
disebabkan oleh stres. Hal ini sejalan dengan suatu pendapat orang yang
mempunyai masalah kemudian menceritakan pada teman akrabnya (proses katarsis)
maka orang tersebut akan merasa lega dan merasa semua persoalan yang dihadapi sudah
terpecahkan dan pada gilirannya akan merasa lega serta menjadi lebih rilek
dalam menghadapi kehidupan.
3. Bahaya Self
Disclosure
a) Tidak
professional dan kehilangan karir
Apabila kita selalu terus terang pada siapa saja tentang apa
yang ada pada diri kita dapat membahayakan karir seseorang.
b) Tidak punya
teman
Apabila kita membuka diri tentang aib kita maka dampak yang lebih fatal adalah semua
orang menghindar karena ternyata kita tidak sebaik yang dikira sebelumnya.
c) Menghancurkan
hubungan yang telah terjalin dengan baik
Hal ini bisa terjadi karena merasa sebagai teman akrab maka
ia akan membuka semua kepada orang lain sehingga dapat berakibat hubungan
social menjadi rengganag dan pada gilirannya dapat hancur atau putus. Contoh bercanda
yang terlewat batas dan menyinggung perasaan dapat berakibat pada hubungan mereka menjadi terganggu.
d) Komunikasi yang
tidak dapat diubah
Kita tidak dapat merubah apa yang sudah menjadi kesimpulan
yang telah dibuat oleh orang lain dengan keterbukaan kita.
B. Teori Atribusi
Teori ini
mencoba menggambarkan komunikasi seseorang yang berusaha meneliti, menilai dan
menyimpulkan sebab-sebab dari suatu tindakan atau tingkah-laku yang
dilakukan orang lain. Dengan kata lain teori ini mencoba menjelaskan proses
kognitif yang dilakukan seseorang untuk menjelaskan sebab-sebab dari suatu tindakan.
Contoh dari
teori ini jika anda melihat seseorang menyampaikan ceramah di hadapan anda,
kemudian anda melihat penceramah tersebut gelagapan, keringat dingin dan
berbicara terbata-bata, maka anda menilai tindakan tersebut dengan mencoba
mengemukakan beberapa alasan; pertama orang itu nampak grogi karena tidak
membuat persiapan (alasan internal/disposisional). Kedua orang tersebut grogi
karena semua persiapannya yang disimpan di flashdisk tidak terbawa (alasan
situasional/external), bisa juga anda langsung menilainya kalau penceramah tadi
memang tidak bisa presentasi (internal/disposisional). Nah penilaian-penilaian
semacam ini baik alasan internal maupun external disebut atrribusi.
Menurut Heyder F (1958) jika
anda melihat seseorang berbuat sesuatu, maka secara langsung anda membuat suatu
penilaian tentang apa yang menyebabkan orang tersebut melakukan hal itu. Dan
penilaian tersebut bisa terjadi dengan melihat faktor disposisional atau faktor
situasional. Disposisional adalah faktor internal seperti kepribadian, karakter
atau faktor biologis. Sedangkan situasional adalah faktor external seperti
lingkungan atau keadaan.
Berkomunikasi dengan
pendekatan attribution berarti orang tersebut akan menyampaikan pesan kepada
lawan komunikasinya dengan bersandarkan pada hasil penilaiannya (persepsinya)
terhadap tingkah-laku lawan bicaranya.
Menurut Kelley perilaku manusia
disebabkan oleh factor internal, eksternal atau keduanya secara bersamaan. Penilaian
seseorang terhadap prilaku orang lain itu dengan memperhatikan tiga factor
yaitu consensus, konsistensi dan kekhasan.
Pertama, consensus yaitu bagaimana seorang
bereaksi bila dibandingkan dengan orang lain terhadap stimulus tertentu.
Misalnya A bereaksi terhadap percakapan B, sedangkan C tidak menanggapi
percakapan B, maka dapat dinyatakan A mempunyai consensus.
Kedua, konsistensi yaitu bagaimana seorang
bereaksi terhadap stimulus yang sama dalam situasi yang berbeda. Misalnya
seorang mahasiswa tidur ketika diajar oleh dosen X, dan ternyata ketika diajar
oleh dosen Y mahasiswa tersebut juga tidur. Ini menandakan ada konsistensi pada
mahasiswa tersebut.
Ketiga, kekhasan yaitu bagaimana seorang
bereaksi terhadap stimulus atau situasi yang berbeda-beda. Misalnya mahasiswa
tidur ketika diajar oleh dosen X, tapi ketika diajar oleh dosen Y mahasiswa tersebut
tidak tidur, ini menandakan bahwa mahasiswa tersebut mimiliki kekhasan.
Secara singkat dapat
digambarkan untuk menentukan atribusi atas prilaku seseorang dengan model
Kelley adalah sebagai berikut:
Jika konsensus tinnggi +
konsistensi tinggi + distingtif tinggi = atribut situasional/external.
Jika konsensus tinggi +
konsistensi rendah + distingtif tinggi= atribut external (situasional).
Jika
konsensus rendah + konsistensi tinggi + distingtif rendah= internal / disposisional.
Teori atribusi juga bisa digunakan
untuk menganalisis keberhasilan dan kegagalan seseorang. Menurut weiner, untuk
menganalisis keberhasilan atau kegagalan seseorang didasarkan pada dua dimensi
yaitu Locus of Control (LC internal-eksternal) yaitu bahwa keberhasilan atau
kegagalan seseorang dapat disebabkan oleh factor internal atau eksternal. Dan
dimensi stabilitas penyebab yaitu keberhasilan atau keggalan seseorang
disebabkan oleh factor-faktor yang bersifat stabil atau tidak stabil.
C. Teori Penetrasi
Sosial
Teori Penetrasi Sosial
dipopulerkan oleh Irwin Altman & Dalmas Taylor. Teori penetrasi sosial
secara umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Di sini
dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang lain, terjadi
berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi diantara
keduanya, atau dalam bahasa Altman dan Taylor: penetrasi sosial.
Altman dan Taylor (1973) membahas tentang
bagaimana perkembangan kedekatan dalam suatu hubungan. Menurut mereka, pada
dasarnya kita akan mampu untuk berdekatan dengan seseorang yang lain sejauh
kita mampu melalui proses “gradual and orderly fashion from superficial to
intimate levels of exchange as a function of both immediate and forecast
outcomes.
Dalam perspektif teori
penetrasi sosial, Altman dan Taylor menjelaskan beberapa penjabaran sebagai
berikut:
Pertama, Kita lebih sering dan
lebih cepat akrab dalam hal pertukaran pada lapisan terluar dari diri kita.
Kita lebih mudah membicarakan atau ngobrol tentang hal-hal yang kurang penting
dalam diri kita kepada orang lain, daripada membicarakan tentang hal-hal yang
lebih bersifat pribadi dan personal. Semakin ke dalam kita berupaya melakukan
penetrasi, maka lapisan kepribadian yang kita hadapi juga akan semakin tebal
dan semakin sulit untuk ditembus. Semakin mencoba akrab ke dalam wilayah yang
lebih pribadi, maka akan semakin sulit pula.
Kedua, keterbukaan-diri (self
disclosure) bersifat resiprokal (timbal-balik), terutama pada tahap awal
dalam suatu hubungan. Menurut teori ini, pada awal suatu hubungan kedua belah
pihak biasanya akan saling antusias untuk membuka diri, dan keterbukaan ini
bersifat timbal balik. Akan tetapi semakin dalam atau semakin masuk ke dalam
wilayah yang pribadi, biasanya keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat,
tidak secepat pada tahap awal hubungan mereka. Dan juga semakin tidak bersifat
timbal balik.
Ketiga, penetrasi akan cepat
di awal akan tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke dalam
lapisan yang makin dalam. Tidak ada istilah “langsung akrab”. Keakraban itu
semuanya membutuhkan suatu proses yang panjang. Dan biasanya banyak dalam
hubungan interpersonal yang mudah runtuh sebelum mencapai tahapan yang stabil.
Pada dasarnya akan ada banyak faktor yang menyebabkan kestabilan suatu hubungan
tersebut mudah runtuh, mudah goyah. Akan tetapi jika ternyata mampu untuk
melewati tahapan ini, biasanya hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih
bermakna, dan lebih bertahan lama.
Keempat, depenetrasi adalah
proses yang bertahap dengan semakin memudar. Maksudnya adalah ketika suatu
hubungan tidak berjalan lancar, maka keduanya akan berusaha semakin menjauh.
Akan tetapi proses ini tidak bersifat eksplosif atau meledak secara sekaligus,
tapi lebih bersifat bertahap. Semuanya bertahap, dan semakin memudar.
Dalam
teori penetrasi sosial, kedalaman suatu hubungan adalah penting. Tapi, keluasan
ternyata juga sama pentingnya. Maksudnya adalah mungkin dalam beberapa hal
tertentu yang bersifat pribadi kita bisa sangat terbuka kepada seseorang yang
dekat dengan kita. Akan tetapi bukan berarti juga kita dapat membuka diri dalam
hal pribadi yang lainnya. Mungkin kita bisa terbuka dalam urusan asmara, namun
kita tidak dapat terbuka dalam urusan pengalaman di masa lalu. Atau yang
lainnya.
Karena hanya ada satu area
saja yang terbuka bagi orang lain (misalkan urusan asmara tadi), maka hal ini
menggambarkan situasi di mana hubungan mungkin bersifat mendalam akan tetapi
tidak meluas (depth without breadth). Dan kebalikannya, luas tapi tidak
mendalam (breadth without depth) mungkin ibarat hubungan “halo,
apakabar?”, suatu hubungan yang biasa-biasa saja. Hubungan yang intim adalah di
mana meliputi keduanya, dalam dan juga luas.
Keputusan tentang seberapa
dekat dalam suatu hubungan menurut teori penetrasi sosial ditentukan oleh
prinsip untung-rugi (reward-costs analysis). Setelah perkenalan dengan
seseorang pada prinsipnya kita menghitung faktor untung-rugi dalam hubungan
kita dengan orang tersebut, atau disebut dengan indeks kepuasan dalam hubungan
(index of relational satisfaction). Begitu juga yang orang lain tersebut
terapkan ketika berhubungan dengan kita. Jika hubungan tersebut sama-sama
menguntungkan maka kemungkinan untuk berlanjut akan lebih besar, dan proses
penetrasi sosial akan terus berkelanjutan.
Altman dan Taylor merujuk
kepada pemikiran John Thibaut dan Harold Kelley yang menyatakan bahwa kita
cenderung memperkirakan keuntungan apa yang akan kita dapatkan dalam suatu
hubungan atau relasi dengan orang lain sebelum kita melakukan interaksi. Kita
cenderung menghitung untung-rugi. Jika kita memperkirakan bahwa kita akan
banyak mendapatkan keuntungan jika kita berhubungan dengan seseorang tersebut
maka kita lebih mungkin untuk membina relasi lebih lanjut.
Dalam masa-masa awal hubungan
kita dengan seseorang biasanya kita melihat penampilan fisik atau tampilan luar
dari orang tersebut, kesamaan latar belakang, dan banyaknya kesamaan atau
kesamaan terhadap hal-hal yang disukai atau disenangi. Dan hal ini biasanya
juga dianggap sebagai suatu “keuntungan”.
Akan tetapi dalam suatu
hubungan yang sudah sangat akrab seringkali kita bahkan sudah tidak
mempermasalahkan mengenai beberapa perbedaan di antara kedua belah pihak, dan
kita cenderung menghargai masing-masing perbedaan tersebut. Karena kalau kita
sudah melihat bahwa ada banyak keuntungan yang kita dapatkan daripada kerugian
dalam suatu hubungan, maka kita biasanya ingin mengetahui lebih banyak tentang
diri orang tersebut.
huBungan yang sedang mereka
jalani tersebut.
Intinya, menurut teori ini dalam hubungan antar pribadi telah terjadi
penyusupan social. Seperti diketahui bahwa dalam proses awal terciptanya
hubungan social diawali dengan perkenalan. Dalam perkenalan dengan orang lain
untuk pertama kalinya kita sebenarnya mulai dengan ketidakakraban dan kemudian
dengan proses yang terus menerus sedikit demi sedikit berubah menjadi lebih
akrab sehingga pengembangan hubungan mulai terjadi. Dri sinilah orang mulai
menghitung apa yang bias diterima atas hubungan social atau keuntungan apa yang
dapat diperoleh melalui hubungan sosial.
0 komentar:
Posting Komentar
komentar dengan bahasa yang baik dan sopan ya :)